Pages

Sunday, October 18, 2020

TENTANG EMPAT BELAS KEISTIMEWAAN SURAT AL FATIHAH

 Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Al Quran berisi surat-surat yang menjadi pedoman bagi manusia untuk memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat. Salah satu surat yang sangat istimewa adalah Al Fatihah. dengan sedikit perubahan setidaknya ada 14 keistimewaan surat Al Fatihah yaitu :

*1. Pembuka Al Quran*

Keistimewaan surat Al Fatihah yang pertama adalah menjadi surat pembuka Al Quran. Di dalam surat Al Fatihah, Allah memperkenalkan diri sebagai Rabb yang Maha Pengasih sekaligus Maha Penyayang. Dia Dzat yang berhak mendapatkan segala pujian sekaligus rasa syukur dari kita. Dan akan menunjukkan jalan lurus kepada hamba yang memohon kepadaNya.

*2 Wajib Dibaca dalam Shalat*

Tanpa bacaan surat Al Fatihah, shalat dinilai tidak sah. Dan ini merupakan keistimewaan surat Al Fatihah yang wajib kita ketahui. Rasulullah bersabda, “Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca surat Al Fatihah” (HR.Bukhari dan Muslim).

*3. Dibaca Berulang Kali dalam Sehari*

Karena wajib dibaca saat shalat, maka seorang muslim akan membaca surat Al Fatihah secara berulang-ulang dalam sehari. Paling tidak, kita membaca surat Al Fatihah sebanyak 17 kali dalam sehari ketika kita melaksanakan shalat lima waktu.

Keistimewaan surat Al Fatihah ini disampaikan Allah dalam surat Al Hijr ayat 87. Allah berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung”.

*4. Menjadi Dua per Tiga Al Quran*

Keistimewaan surat Al Fatihah selanjutnya adalah setara dengan dua per tiga Al Quran. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, “Surat Al Fatihah sama dengan dua per tiga Al Quran”.

*5. Memiliki Nama-Nama Lain*

Imam Al Qurthubi menjelaskan bahwa keistimewaan surat Al Fatihah adalah memiliki 12 nama lain. Di antaranya: Alruqyah, Alasas, Alwafiyah, Alkafiyah, Alsab’ul Matsani, Alshalah, Alhamdu, Ummul kitab, Ummul Quran, Almatsani, Alquran al Adhim, dan Alsurah. Selain itu, Al Fatihah juga disebut A Kafiyatu As Syafiyah yang artinya pencukup dan penyembuh.

*6. Surat Terbaik*

Ubay bin Kaab menuturkan bahwa Rasulullah pernah menjelaskan keistimewaan surat Al Fatihah. Beliau bersabda, “Allah tidak pernah menurunkan surat dalam kitab injil atau taurat yang seperti surat Al Fatihah yakni al Sab’ul Matsani” (HR.Tirmidzi).

*7. Surat Paling Agung*

Rasulullah juga pernah menjelaskan keistimewaan surat Al Fatihah. Sebagaimana dituturkan Sa’ad ibn al Mu’alla. Kepada Sa’ad, Rasulullah bersabda, “saya akan mengajarkan kepadamu surat teragung di dalam Al Quran, yaitu Alhamdulillahi rabiil Alamin ia adalah al Sab’ul Matsani dan Al Quran al Adzim yang diberikan kepadaku” (HR.Muslim).

*8. Menjadi Cahaya bagi Umat Muslim*

Kisah tentang keistimewaan surat Al Fatihah ini dituturkan oleh Abdullah bin Abbas. Beliau menuturkan, suatu ketika Rasulullah sedang bersama Malaikat Jibril, kemudian Jibril mendengar suara yang sangat keras dari atas. Malaikat Jibril pun mengarahkan pandangan ke atas, lalu ia berkata kepada Rasulullah. JIbril menjelaskan bahwa itu adalah pertanda dibukanya suatu pintu langit yang belum pernah dibuka sebelumnya.

Dari pintu itu keluar malaikat yang mendatangi Rasulullah dan berkata, “Sampaikanlah berita gembira kepada umatmu mengenai dua cahaya, kedua cahaya itu telah diberikan kepadamu, dan belum pernah sama sekali diberikan kepada nabi sebelummu. Yaitu surat Al Fatihah dan beberapa ayat terakhir surat Al Baqarah. Tidaklah kamu baca satu huruf saja membacanya, kecuali akan diberi pahala” (HR.Muslim).

*9. Menyembuhkan Penyakit Hati*

Surat Al Fatihah dapat menyembuhkan penyakit hati. Contohnya ujub, riya, atau sombong. Dijelaskan oleh Ibnul Qayyim, keistimewaan surat Al Fatihah ini bisa kita peroleh karena ada ayat yang berbunyi, “Iyya-ka na’budu, wa iyya-ka nasta’in“. “Iyya-ka na’budu” artinya “kepadaMu lah kami menyembah”. Ayat ini menguatkan keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak disembah dan dicari ridho-Nya, sehingga kita terhindar dari penyakit riya’.

Sementara kata “Iyya-ka nasta’in” yang berarti “Kepada-Mu lah kami meminta pertolongan”, akan menyembuhkan penyakit sombong. Kata tersebut menguatkan kita bahwa tidak ada yang bisa kita lakukan tanpa pertolongan Allah.

*10. Menyembuhkan Penyakit Fisik*

Bukan hanya penyakit hati, keistimewaan surat Al Fatihah juga menjadi penyembuh bagi penyakit fisik. Abu Said Al-Khudriy, salah seorang Sahabat, menuturkan kisah tentang keitimewaan surat Al Fatihah tersebut.

Dahulu, serombongan Sahabat tengah melakukan perjalanan dan melewati sebuah perkampungan. Kepada penduduk setempat, mereka meminta untuk dijamu. Namun penduduk kampung enggan menyanggupi, lantas berkata kepada para Sahabat, “Apakah di antara kalian ada yang bisa meruqyah? Karena pembesar kampung ini tersengat binatang atau terserang demam”.

Salah seorang Sahabat kemudian menjawab, “Iya, ada”. Ia lalu diajak mendatangi pembesar kampung, dan meruqyahnya dengan membaca surat Al Fatihah. Pembesar kampung itu pun sembuh, sehingga Sahabat yang meruqyah diberi seekor kambing. Tetapi sahabat tersebut enggan menerimanya.

Dia kemudian melanjutkan perjalanan dan menemui Rasulullah. Ia menceritakan kisah itu kepada Rasulullah. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidaklah meruqyah kecuali dengan membaca surat Al Fatihah”.

Mendengar ceritanya, Rasulullah pun tersenyum dan berkata, “Bagaimana engkau bisa tahu bahwa Al Fatihah adalah ruqyah?”. Rasulullah kemudian melanjutkan dan bersabda, “Ambil kambing tersebut dari mereka, dan potongkan untukk sebagiannya bersama kalian”. (HR.Bukhari dan Muslim).

Syarat untuk mendapatkan keistimewaan surat Al Fatihah ini adalah membacanya dengan penuh keyakinan. Dengan keyakinan kita, Allah akan menurunkan pertolonganNya.

*11. Menyembuhkan Sakit Gila*

Imam Ahmad meriwayatkan keistimewaan surat Al Fatihah sebagai salah satu surat penyembuh penyakit gila. Dituturkan Abdurrahman bin Abi Laila dari Ubay bin Ka’ab, suatu ketika Ubay pernah duduk di samping Rasulullah. Kemudian ada seorang Arab Badui yang mendatangi Rasulullah dan berkata, “saya mempunyai seorang saudara yang sedang sakit”.

“Apa sakitnya?”, tanya Rasulullah. Orang Arab Badui itu menjawab, “Sakit gila”. Rasulullah kemudian dia untuk pulang dan membawa kembali saudaranya itu kepada Rasulullah.

Tidak lama, lelaki itu datang membawa saudaranya. Rasulullah kemudian membacakan surat Al Fatihah kepadanya. Beliau juga membaca empat ayat pertama surat Al Baqarah, ayat 163, Ayat Kursi, 3 ayat terakhir surah Al Baqarah, surat Ali Imran ayat 18, Al A’raf ayat 54, Al Mukminun ayat 117, Al Jinn ayat 3, sepuluh ayat pertama surat As Shaffat, tiga ayat terakhir surat Al Hasyr, Al Ikhlas, Falaq, dan An Nas.

Setelah dibacakan ayat-ayat tersebut, orang Arab Badui yang sakit itu sembuh total dari sakitnya.

*12. Menjadi Doa bagi Orang Mati*

merangkum, keistimewaan surat Al Fatihah berikutnya adalah menjadi doa bagi seorang yang sudah mati. Rasulullah bersabda, “ketika salah satu kalian ada yang mati maka janganlah kalian menahannya, segeralah kalian membawanya ke makam dan bacakanlah Alfatihah di samping kepalanya” (HR.Al Baihaqi).

*13. Diturunkan dari Tempat Penyimpanan di Bawah Arsy*

Surat Al Fatihah diturunkan dari tempat istimewa. Rasulullah bersabda, “empat surat yang telah diturunkan dari tempat penyimpanan yang ada di bawah Arsy yaitu Al Fatihah, Ayat Kursi, beberapa ayat terakhir surah Al Baqarah, dan Al Kautsar” (HR.Al Thabrani).

*14. Allah Menjawab Doa Hambanya Melalui Surat Al Fatihah*

Lewat surat Al Fatihah, Allah menjawab doa dan permintaan hamba-Nya. Dituturkan Abu Hurairah. Rasulullah bersabda, “barang siapa mengerjakan shalat dan tidak membaca Al Fatihah, maka shalatnya tidak sah”. Disebutkan bahwa beliau menyebutkannya hingga tiga kali. Kemudian ada orang yang bertanya kepada Abu Hurairah “Bagaimana jika kami berada di belakang imam?”

Abu Hurairah menjelaskan, “Maka bacalah sendiri. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah bersabda bahwa Allah berfirman, ‘Aku membagi Al Fatihah, antara aku dan hamba-Ku dua bagian. Hamba-Ku berhak atas apa yang dimintanya. Ketika seorang hamba membaca ‘alhamdulillahi rabbil ‘alamin‘, maka Allah berfirman, ‘hamba-Ku memuji-Ku’.

Ketika dia mengucapkan ‘arrahmanirrahi

m‘. Allah berfirman, ‘hamba-Ku memujiku’. Ketika dia mengucapkan maliki yaumid din’, Allah berfirman, ‘hamba-Ku mengagungkan-Ku, dan mengatakan hamba-Ku pasrah kepada-Ku’. Ketika dia mengucapkan ‘iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in‘, Allah berfirman, ‘ini antara Aku dan hamba-Ku, baginya apa yang dia minta’.

Semoga kita semua sudah menemukan empat belas keistimewaan surat Al Fatihah sehingga dimudahkan dapat berkumpul bersama keluarga di Jannah. Aamiin....

Doa Orang Yang Dizalimi

Seorang nelayan miskin yang hidupnya menanggung keluarga dengan hasil tangkapan ikan.

Malangnya tangkapan ikannya selalu tiada. 

Hanya menggunakan jala, dia menebarkannya di tepian pantai dengan harapan akan ada ikan yang tersangkut.

Beberapa kali dicuba, nampaknya tiada razeki buatnya. Begitulah beberapa hari dan dia tidak berputus asa. Dia mempunyai kesabaran dan tekad berusaha yang tinggi.

Pada suatu hari, dia ke pantai lagi, menebar jala dengan harapan ada ikan yang tersangkut. 

Beberapa kali dicuba, namun tiada. 

Namun, dia mencuba juga dengan longlai dan penuh harapan. 

Lalu, Allah mentakdirkan seekor ikan besar terperangkap dalam jalanya... Alangkah gembiranya melihat ikan besar itu. 

Sambil menarik ikan tersebut, dia pun membayangkan apa yang akan dilakukan dengan ikan itu...

Akan aku beri makan kepada keluargaku sehingga kenyang. 

Kepada jiranku juga harus diberikan. 

Selebihnya barulah aku jualkan. 

Demikian nelayan itu merencanakan apa yang akan dibuatnya terhadap ikan itu. Razeki yang begitu sukar diperolehi.

Malangnya, ketika itu lalu seorang raja dengan askarnya. Raja itu sangat tertarik melihat ikan besar yang baru diperolehi nelayan itu. Lantas, disuruhnya pengawalnya mendapatkan ikan tersebut dari nelayan...

Sudah tentu nelayan itu sangat keberatan. 

Setelah merasakan bahawa dia tidak dapat mempertahankan ikannya itu dari diambil oleh raja, dia pun meminta harga sebagai bayaran. 

Dengan angkuh pengawal itu merampas ikan itu dan mengatakan raja tidak membayar harga daripada apa yang dikehendakinya.

Maka, ikan itupun dibawa pergi... 😥😥

Bergenang air mata sang nelayan miskin yang daif dan tak mampu berbuat apa-apa. Haknya dirampas. 

Kepada siapa hendak dia mengadu..? 

Hanya kepada Allah Tuhan yang satu. 

Dia pun menadahkan tangan dan berdoa.

Sementara raja itu, dengan senang hati kerana dapat ikan, disuruhnya tukang masak istana segera masakan ikan itu. Ikan sebesar itu dia seorang saja yang makan.

Malangnya, beberapa hari setelah makan ikan itu, raja telah dijangkiti satu penyakit aneh. Penyakit itu pada mulanya hanya berupa bengkak pada ibu jarinya. Bengkak itu disertai dengan sakit yang sangat mengganggu keselesaannya. 

Lama kelamaan mula bernanah. 

Tabib istana dipanggil dan setelah dicermati, dia menasihatkan supaya ibu jari kaki raja itu dipotong. Raja enggan menerima nasihat tabib istana dan disuruh carikan ubat untuk sakitnya. 

Namun ubat tidak ditemui juga walau bermacam ikhtiar diusahakan. 

Beberapa hari kemudian, tabib istana yang merawatnya memberitahu bahawa penyakit itu telah merebak hingga ke buku lali. Kakinya hendaklah dipotong supaya penyakit tidak merebak ke atas. Raja masih enggan menenerima nasihat tersebut kerana dia sayangkan kakinya. 

Dia memerintahkan agar dicari tabib lain yang lebih handal. 

Seorang tabib dari luar di bawa. 

Setelah melihat penyakit di kaki raja, dia pun memberitahu bahawa penyakit di kaki raja itu telah merebak hingga ke betis. Kalau tidak dipotong betis, ia akan merebak ke atas lagi. 

Ketika itu, akurlah sang raja. 

Lantas betisnya itu pun dipotonglah.

Raja sangat sedih atas kehilangan betisnya. 

Namun, kesedihannya tidak tamat di situ. 

Dalam keadaan sugul kerana kehilangan kakinya, tiba-tiba negerinya dilanda gempa. Harta benda dan jiwa banyak yang musnah. 

Keadaan ini membuatkan raja sangat hairan.

Lalu, raja memanggil seorang ulama dan bertanyakan maksud di sebalik semua musibah yang menimpanya itu.

" Tuanku telah menzalimi seseorang", ulama itu membuat rumusan.

" Seingat beta, tidak pernah beta zalimi sesiapa", ujar raja.

" Cuba Tuanku ingat betul-betul, pernahkah tuanku zalimi seseorang?", ulama itu tetap dengan rumusannya.

Maka, ketika mengimbau kembali apa yang telah dilakukannya, raja pun teringat perihal ikan yang dirampasnya dari seorang nelayan. 

Ketika dia merampas ikan itu, dia tidak merasakan itu satu kezaliman. Apalah harganya seekor ikan..

" Perkara kecil di mata tuanku adalah besar di mata nelayan itu", ulama itu mengingatkan.

Raja itu memerintahkan agar nelayan itu dicari dan dibawa mengadapnya.

" Apa yang telah kamu lakukan setelah ikanmu beta rampas?", raja bertanya kepada nelayan itu.

" Saya tidak lakukan apa-apa", jawab nelayan ketakutan.

" Ceritakan terus terang, kamu tidak akan beta apa-apakan", raja memujuk dan menenangkan nelayan yang ketakutan itu.

Akhirnya nelayan itu pun berkata... ;

"Setelah ikan itu tuanku rampas, saya hanya mampu berdoa..." 

"Apa doamu?", soal raja 

Nelayan pun berkata: "Aku hadapkan wajahku kepada Allah dan berkata...

“Ya Allah, sesungguhnya dia telah memperlihatkan kekuasaannya atasku... Maka tunjukkanlah Kekuasaan Mu ke atasnya”.

Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan bahawa Nabi SAW telah mengutus Mu’adz ke Yaman dan Beliau berkata kepadanya :-

“Takutlah kamu akan doa seorang yang terzalimi, kerana doa tersebut tidak ada hijab (penghalang) di antara dia dengan Allah”.

(Hadith Riwayat Bukhari dan Muslim)


Janganlah kamu berbuat zalim saat kamu berkuasa

~ Maka kezaliman itu membawa akibat penyesalan


Kamu boleh lenakan mata tetapi yang dizalimi sentiasa berjaga

~ Dia berdoa ke atasmu dan mata Allah tidak pernah lena.


Wallahua'lam