Pages

Sunday, June 30, 2019

5 SEBAB KENA BANGUN AWAL PAGI

5 SEBAB ANDA KENA BANGUN AWAL PAGI:
1. MIND OVER MATTERS:
Orang yang bangun awal, mereka berjaya mengawal minda mereka melawan segala alasan dan pengaruh luar. Minda kita seperti otot, lebih banyak kita latih, lebih kuat dia jadi.
Jadi, orang yang setiap hari bangun awal, dia sedang melatih untuk take charge dan mempunyai sepenuhnya kawalan terhadap minda mereka. You start to control your mind, you start to control your life.
2. MORE PRODUCTIVITY:
Bila kita dah bangun 2, 3 jam awal dari orang lain, kita ada banyak masa untuk buat planning, buat Mental rehearsal, persiapkan mind, body and soul kita untuk hadapi hari yang penuh productivity nanti.
Orang-orang Spartan ada satu pepatah “ He who sweats more in Training, bleeds less in War. ”
Meaning if you go out in battle well prepared, you will achieve more.
3. STRENGTHEN WILL POWER:
Antara kunci Kejayaan dalam hidup ialah keazaman atau will power. Orang yang mampu bangun awal pagi, mereka melatih diri mereka untuk mempunyai keazaman yang sangat tinggi.
Bukan senang tau nak tolak selimut waktu pagi ni. Sebab tu orang yang kuat ialah orang yang mampu bangun Subuh berjamaah.
Sebab tu Nabi kata 2 rakaat sebelum Subuh lebih bernilai dari dunia dan seisi nya. The fact that kita mampu bangun sebelum subuh setiap hari menandakan kita mempunyai very high will power.
4. START WITH VICTORY:
Bila kita bangun sebelum Subuh sebenarnya kita sedang mulakan hari dengan kejayaan Besar! Sepanjang hari kita mengalami internal battle dengan diri kita sendiri.
Menang di waktu awal pagi akan bawa kita pada kemenangan demi kemenangan sepanjang hari.
5. PEACEFUL:
Waktu sebelum subuh adalah waktu yang paling tenang, paling tidak ada distractions. So, waktu tu lah kita nak practice untuk jadi orang yang sentiasa bertenang.
Robin Sharma kata, “ Achieve more while the world is still sleeping. ”
Orang lain tengah tidur, kita dah capai macam-macam.

So, kalau anda nak hidup anda improves, nak jadi Top Performers, nak jadi Over Achievers, nak jadi Best of the Best. Start bangun awal mulai harini.
Trust me, cuma ubah waktu anda bangun pagi, cara anda bangun pagi, anda akan jadi orang yang sangat powerful dan berpengaruh. Percaya tak? Kena percaya!
“ The body Achieves what the mind believes. ”
Selamat memulakan pagi anda dengan KEKUATAN!
Mulai esok pagi bangun awai-awai sebaik saja celik biji mata tu sebut dalam hati (Niat dalam-dalam) ya.
1 – InshaAllah hari ini Allah akan bagi kehidupan lebih elok, lebih baik daripada semalam.
2 – InshaAllah hari ini Allah akan beri kebahagiaan kepada aku dan keluarga aku daripada hari-hari sebelum ini.
3 – InshaAllah hari ini Allah akan beri rezeki perniagaan lebih untung daripada kelmarin.
4 – InshaAllah hari ini Allah akan beri untung untuk akhirat daripada kelmarin.
5 – InshaAllah hari ini Allah akan rezekikan aku satu langkah untuk lebih Kaya, Berjaya dan Bahagia di dunia dan akhirat
p/s : InshaAllah amalkan setiap hari dengan sangkaan yang baik ini kepada Allah. InshaAllah Allah akan permudah. Allah akan makbulkan. Kerana Allah akan berurusan dengan kita berdasarkan sangkaan kita oleh itu jom sangkaan yang baik denganNYA..

Saturday, June 29, 2019

Kewajiban Menuntut Ilmu

Pengertian Ilmu
Dalam bahasa Arab kata Ilmu itu sendiri berarti mengetahu dan merupakan lawan kata jahlu yang artinya tidak tahu atau bodoh. Sedangkan menurut Istilah Ilmu atau yang lebih utama di sini adalah Ilmu syar’i adalah ilmu tentang penjelasan-penjelasan dan petunjuk yang Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala turunkan kepada rasul Nya atau dengan kata lain Ilmu yang menyangkut Alqur`an dan hadits.
Meskipun demikian tidak berarti bahwa ilmu yang lain tidaklah penting atau dianggap dalam islam. Ilmu-ilmu yang ada dalam kehidupan manusia juga dapat dikatakan bermanfaat apabila ilmu tersebut menuntun manusia untuk lebih taat dan beriman kepada Allah SWT (baca fungsi iman kepada Allah SWT). Ilmu akan membuat seseorang mengetahui berbagai macam perkara dan menjauhkannya dari kebodohan.


Hukum Menuntut Ilmu
Adapun hukum menuntut ilmu dalam islam diantaranya adalah :
1. Fardlu ‘ain

Menuntut ilmu hukumnya menjadi fardlu ‘ain atau wajib dilakukan oleh setiap muslim, terutama jika hal tersebut diperlukan agar umat muslim dapat menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Misalnya ilmu tentang ibadah yang menyangkut cara menunanaikan shalat wajib (baca keutamaan shalat dhuha), puasa ramadhan (baca puasa sunnah dan keutamaan puasa daud), zakat (bacasyarat penerima zakat dan penerima zakat dalam islam) haji dan lainnya.

Ilmu tersebut menjadi wajib diketahui karena tanpa adanya pengetahuan dan ilmu tentang ibadah-ibadah tersebut, tidaklah sah ibadah seseorang (baca hal-hal yang menghapus amal ibadah dan hal yang penyebab amal ibadah ditolak). Dengan demikian menuntut ilmu wajib dilakukan, adapun para orang tua sebaiknya menanamkan ilmu agama pada anaknya sejak usia dini dan mengerti pentingnya pendidikan anak dalam islam (baca cara mendidik anak dalam islam dan cara mendidik yang baik menurut islam)

2. Fardlu kifayah

Pada mulanya hukum menuntut ilmu adalah fardlu kifayah. Namun jika sudah ada sebagian orang yang mengerjakan atau menuntut ilmu tersebut maka bagi yang lain hukumnya sunnah. Hal-hal lain dalam agama islam dan kewajiban menuntut ilmu yang tidak termasuk dalam hukum menuntut ilmu yang bersifat fardlu ‘ain di atas hukumnya adalah fardlu kifayah.

Misalnya dalam menuntut ilmu-ilmu lain diluar ilmu yang menjadi dasar ibadah wajib. Meskipun demikian, jika seseorang menyadari bahwa ia menuntut ilmu yang merupakan fardhu kiyayah, ia tetap mendapatkan pahala dan tentunya mendapatkan ilmu tentang hal yang dipelajarinya misalnya saat mempelajari ilmu Alqur’an (baca manfaat membaca Alqur’an).
Pentingnya Menuntut Ilmu

Hukum menuntut ilmu adalah wajib bagi umat islam dan adapun beberapa hal yang menjadi landasan pentingnya menuntut ilmu adalah sebagai berikut :
Perintah Membaca dari Allah SWT

Pentingnya menuntut ilmu adalah seperti yang difirmankan oleh Allah SWT saat menurunkan ayat Alqur’an yang pertama dan di awali dengan kata “bacalah”. Ayat tersebut menjelaskan bahwa membaca, dan menuntut ilmu sangat penting bagi umat islam baik bagi pria maupun wanita.

2. Orang berilmu memiliki kedudukan yang mulia

Orang berilmu atau ulama memiliki kedudukan mulia di sisi Allah SWT sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW :

“Saya mendengar Rasulullah _ berkata: “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan menyiapkan jalan baginya menuju surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena ridha kepada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang berilmu itu dimintakan ampunan olehapa saja yang ada di langit dan yang ada di bumi hingga ikan-ikan di laut yang terdalam. Kelebihan orang berilmu atas orang beribadah adalah seperti kelebihan bulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar juga tidak dirham namun mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya, sungguh ia mendapatkan keberuntungan yang besar.”

3. Menuntut ilmu sama seperti berjihad

Islam juga menekankan betapa pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia diantaranya seperti yang dijelaskan dalam QS. al-Taubah ayat 122, Allah swt. berfirman:

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa meskipun kewajiban jihad penting dalam islam, orang yang berjihad tetaplah harus menuntut ilmu atau jika sebuah golongan akan berperang hendaknya mereka menyisakan beberapa orang untuk tetap tinggal dan tidak ikut berjihad melainkan untuk menuntut ilmu dan meneruskannya pada generasi berikutnya.
Orang yang memiliki ilmu atau ahli ilmu lebih tinggi derajatnya dengan orang yang ahli ibadah karena saat mencari ilmu seseorang juga dianggap sedang melaksanakan jihad.

4.Perintah Menuliskan ilmu

Pentingnya menuntut ilmu juga disuratkan dalam QS Al-Qalam ayat 1 dan 2 dimana Allah SWT bersumpah demi pena. Ayat tersebut menganjurkan pada manusia bahwa saat mencari dan menuntut ilmu, orang-orang beriman sebaiknya menuliskan ilmu tersebut dengan menggunakan pena saat bermuamalah agar ilmu tersebut tidaklah hilang dan dapat diteruskan bagi generasi selanjutnya untuk dipelajari dikemudian hari.


Konsep Ilmu
Konsep ilmu dalam Islam merujuk kepada hakikat bahawa Allah S.W.T sebagai pemilik mutlak ilmu. Manusia hanya diberikan sedikit sahaja ilmu. Namun begitu ilmu yang sedikit sangat bermakna di sisi Allah jika ianya digunakan sebaik mungkin iaitu sehingga membawa kepada keimanan yang kukuh terhadap Allah serta mengikut perintah dan menjauhi laranganNya. Ilmu mesti dipelajari dan dikembangkan berdasarkan asas-asas tauhid dan disertakan integrasi iman, kemanfaatan ilmu, amalan yang soleh dan akhlak yang mulia (Mohd. Kamal Hassan, 1998:19).
Dasar ini jelas melalui wahyu pertama iaitu surah Al-‘Alaq yang menyatukan antara tauhid (melalui sifat al-Khaliq mutlak) dengan ilmu (Muhammad Dawilah,1993:9). Semua pancaindera zahir dan batin yang dijadikan oleh Allah adalah bermatlamatkan pencarian ilmu yang benar. Lantaran itu manusia yang tidak menggunakan pancaindera tersebut untuk mendapatkan ilmu yang benar akan dikutuk. Hal ini jelas melalui firman Allah S.W.T,
“Sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka Jahannam kebanyakkan Jin dan manusia, bagi mereka ada jantung hati (tetapi) tidak mengerti dengannya, dan bagi mereka ada mata (tetapi) tidak melihat dengannya, dan bgai mereka ada telinga (tetapi) tidak mendengar dengannya. Mereka itu seperti binatang ternakan, bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lengah.” (Al-‘Alaq:179)
Hukum Menuntut Ilmu
“Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina”. (Al-Hadis)
Kadang-kadang kita lupa untuk apa sebenarnya kita menuntut ilmu, dan kita juga lupa apa hukumnya menuntut ilmu dalam agama Islam. Dalam hal tersebut, saya ingin mengingatkan kembali untuk apa sebenarnya, dan apa hukumnya kita menuntut ilmu dalam agama Islam. Hal tersebut ada dinyatakan di dalam buku “Ilmu Fiqih Islam” karangan Drs. H. Moh. Rifai.
Apabila kita memperhatikan isi Al-Qur’an dan Al-Hadis, terdapat beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki mahupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadis Nabi Muhammad S.A.W. yang bermaksud;
“Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap Muslim, baik laki-kali mahupun perempuan.” (HR. Ibn Abdulbari)
Dari hadis ini kita memperoleh pengertian bahawa Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemaslahatan dan jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisis segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dengan ‘aqidah dan ibadat, serta hubungannya dengan soal-soal keduniaan dan segala keperluan hidup.
Nabi Muhammad S.A.W. bersabda:
“Barangsiapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barangsiapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duannya pula.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim tidak dikategorikan sebagai terkebelakang dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diredhai Allah swt. Demikian pula Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu deenul Islam agar menghasilkan natijah yang sempurna, amalan yang dilakukan sesuai dan selaras dengan perintah-perintah syara’. Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu adakalanya wajib ‘ain dan adakalanya wajib kifayah.
Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim tidak dikategorikan sebagai terkebelakang dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diredhai Allah swt. Demikian pula Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu deenul Islam agar menghasilkan natijah yang sempurna, amalan yang dilakukan sesuai dan selaras dengan perintah-perintah syara’. Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu adakalanya wajib ‘ain dan adakalanya wajib kifayah.
Pembahagiaan Ilmu
Syari’ah Islam menggariskan dua bahagian besar ilmu iaitu ilmu fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Fardhu ‘ain dirujuk kepada ilmu yang wajib diketahui oleh setiap orang “mukallaf” atau yang sudah diberi pertanggungjawaban dalam Islam. Fardhu kifayah pula ialah ilmu yang diwajibkan ke atas sebahagian umat Islam untuk menguasainya dan jika terdapat sebahagian yang sudah menguasainya maka terlepaslah kewajipan umat Islam yang lain daripada bebanan wajibnya.
Ilmu fardhu ‘ain boleh dibahgikan kepada empat bahagian iaitu ilmu yang berkaitan rukun iman, yang berkaitan dengan hukum hakam, yang berkaitan dengan perkara-perkara yang diharamkan dan yang berkaitan dengan pergaulan dan muamalah seharian (Amir A. Rahman, 1991:110-111). Fardhu kifayah pula ialah bidang ilmu yang luas dan sering berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Sebahagian umat Islam diwajibkan untuk mengetahuinya agar tidak memberikan kesan buruk kepada Islam yang mungkin menghadapi ketinggalan dalam bidang kebendaan serta terancam keselamatannya.
Ilmu yang wajib ‘ain dipelajari oleh mukallaf iaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan ‘aqidah yang wajib dipercayai oleh seluruh muslimin; dan yang perlu diketahui untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji.
Di samping itu perlu dipelajari ilmu akhlak untuk mengetahui adab sopan santun yang perlu kita laksanakan dan tingkah laku yang harus kita tinggalkan. Di samping itu harus pula mengetahui kepandaian dan keterampilan yang menjadi tonggak hidupnya. Adapun pekerjaan-pekerjaan yang tidak dikerjakan sehari-hari maka diwajibkan mempelajarinya kalau dikehendaki akan melaksanakannya, seperti seseorang yang hendak memasuki alam rumah tannga seperti syarat-syarat dan rukun-rukunnya dan segala yang diharamkan dan dihalalkan dalam menggauli isterinya.
Sumber Ilmu

Kebanyakkan manusia mengagungkan akal sebagai punca ilmu yang tidak terbatas. Mereka mletakkan akal sebagai pembeza utama dalam apa hal sekalipun. Keadaan ini menyebabkan ramai manusia yang sesat dan menyesatkan seperti yang berlaku pada zaman Greek purba yang mencari Tuhan dengan semata-mata menggunakan akal. Islam meletakkan sumber ilmu yang jelas dan tersusun rapi serta terjamin kesahihan dan ketekalannya. Al-Qur’an dan Sunnah adalah dua sumber utama ilmu dalam Islam. Kedua-duanya dirujuk sebagai sumber “wahyu”. Selepas itu barulah akal diletakkan sebagai antara sumber ilmu dan masih lagi di bawah naungan wahyu (Hassan Langgulung, 1981:28). Bertepatan dengan fakta tersebut, Mohd. Kamal Hassan (1988:25) menjelaskan punca ilmu dalam Islam terbahagi kepada dua iaitu Naqli atau Revealed Knowledge (Wahyu) dan ‘Aqli atau Acquired Knowledge (akal). Firman Allah S.W.T maksudnya:
“Sebagaimana Kami telah mengutuskan seorang Rasul kepadamu, iaitu salah seorang di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepadamu, membersihkan kamu (daripada kelakuan yang tidak baik) dan mengajarkan Kitab dan hikmah kepadamu dan lagi mengajarkan apa-apa yang belum kamu ketahui.” (Al-Baqarah:151)
Objektif Ilmu
Tujuan menuntut ilmu bukanlah bermatlamat ilmu semata-mata tetapi ia merupakan wasilah (jalan) untuk memahami dan menguasainya bagi melaksanakan ubudiyyah kepada Allah S.W.T. Tujuan menuntut ilmu juga adalah untuk melaksanakan petunjuk Allah S.W.T. sebab itulah menuntut ilmu adalah fardhu bagi setiap muslim, sebagaimana sabda Rasulullah S.A.W. yang bermaksud;
“Menuntut ilmu adalah fardhu bagi setiap muslimin dan muslimat”.
Antara lain tujuan menuntut ilmu ialah untuk membina kekuatan ummah Islam dan untuk mencari kemaslahatan masyarakat manusia. Membina kekuatan umat merupakan salah satu tanggungjawab para penuntut kerana merekalah bakal pemimpin di masa depan. Oleh yang demikian, kemaslahatan ummah banyak bergantung kepada pemimpin dan kepimpinannya.
Antara lain tujuan menuntut ilmu ialah untuk membina kekuatan ummah Islam dan untuk mencari kemaslahatan masyarakat manusia. Membina kekuatan umat merupakan salah satu tanggungjawab para penuntut kerana merekalah bakal pemimpin di masa depan. Oleh yang demikian, kemaslahatan ummah banyak bergantung kepada pemimpin dan kepimpinannya.
Moga-moga dengan tujuan yang suci dan bersih ini dapat melahirkan para ilmuan yang membangunkan muka bumi ini menurut apa yang telah digariskan oleh Allah S.W.T. Ini bermakna menuntut ilmu di dalam Islam bukanlah sekadar mencari habuan dunia, wang ringgit dan harta benda akan tetapi ianya merupakan suatu usaha untuk melengkapkan diri sebagai hamba Allah dan khalifah Allah S.W.T. di muka bumi ini . Para ilmuan Islam mestilah memahami bahawa mereka wajib memainkan peranan untuk menegakkan kebenaran, keadilan dan keamanan sejagat iaitu dengan cara mengembalikan sistem Islam memerintah alam ini. Para ilmuan Islam juga perlu berusaha sedaya upaya mungkin menjadikan diri mereka sebagai pekerja Islam dan penda’wah ke arah melahirkan ummah Islam yang iltizam dengan Islam dalam segenap aspek kehidupan. Allah S.W.T. berfirman dalam Al-Qur’an yang bermaksud;
“Wahai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya..” (Al-Baqarah:208)
Para ilmuan Islam juga sama sekali tidak boleh lupa bahawasanya antara tugas seorang muslim itu ialah menegakkan yang ma’ruf iaitu mengajak manusia menegakkan dan mendaulatkan ajaran Allah S.W.T. dan mencegah kemungkaran iaitu melarang manusia dari melakukan larangan Allah S.W.T. dari sekecil-kecil perkara sehinggalah sebesar-besar perkara.
Sabba Rasulullah S.A.W. yang bermaksud;
“Sesiapa yang melihat kemungkaran hendaklah ia cegah dengan tangannya (kuasa), sekiranya tidak mampu cegahlah ia dengan lisan seandainya tidak mampu juga; cegahlah ia dengan hati itu yang paling lemah imannya.”
Sehubungan dengan itu Allah S.W.T. berfirman yang bermaksud;
” Wahai rasul, sampaikanlah apa-apa yang diturunkan kepada kamu dari Rabb kamu. Dan jika kamu tidak mengerjakannya maka tidaklah kamu menyampaikan risalahNya. Allah memelihara kamu daripada manusia, sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (Al-Maidah:67)
Sehubungan dengan itu Allah S.W.T. berfirman yang bermaksud;
Diperintah oleh agama, sungguh tidak disangkal lagi, bahawa mengajar adalah suatu pekerjaan yang seutama-utamanya. Nabi diutus ke dunia inipun dengan tugas mengajar, sebagaimana sabdanya;
” Aku diutus ini, untuk menjadi pengajar.” (HR.Baihaqi)
Sekiranya Allah tidak membangkitkan Rasul untuk menjadi guru manusia, guru dunia, tentulah manusia tinggal dalam kebodohan sepanjang masa. Walaupun akal dan otak manusia mungkin menghasilkan berbagai ilmu pengetahuan, namun masih ada juga hal-hal yang tidak dapat dijangkaunya, iaitu hal-hal yang di luar akal manusia. Untuk itulah Rasul Allah dibangkitkan di dunia ini. Mengingat pentingnya penyebaran ilmu pengetahuan kepada manusia/masyarakat secara luas agar mereka tidak dalam kebodohon dan kegelapan, maka diperlukan kesedaran bagi para mualim, guru dan ulama, untuk beriringan tangan menuntun mereka menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Bagi para guru dan ulama yang suka menyembunyikan ilmunya, mereka mendapat ancaman, sebagaimana sabda Nabi S.A.W.;
“Barangsiapa ditanya tentang sesuatu ilmu, kemudian menyembunyikan (tidak mahu memberikan jawapannya), maka Allah akan mengekangkan (mulutnya), kelak di hari kiamat dengan kekangan (kendali) dari api neraka.” (HR Ahmad)
Kewajiban Menuntut Ilmu


Nabi bersabda yang bermaksud:
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim”.
(HR. Ibnu Majah)

Dalam hadis ini, Rasulullah SAW dengan tegas menyatakan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib atas setiap muslim, bukan bagi sebahagian orang muslim saja. Lalu, “ilmu” apakah yang dimaksud dalam hadis ini? Penting untuk diketahui bahwa ketika Allah Ta’ala atau Rasul-Nya Muhammad SAW menyebutkan kata “ilmu” saja dalam Al Qur’an atau As-Sunnah, maka ilmu yang dimaksud adalah ilmu agama, termasuk kata “ilmu” yang terdapat dalam hadis di atas.

Ilmu membuat seseorang jadi mulia, baik di hadapan manusia juga di hadapan Allah:

”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa darjat dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS Al Mujaadilah [58] : 11)
Katakanlah:
“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." 
(Az-Zumar [39]: 9).
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa darjat.”
(Al-Mujadilah:11)
Itulah kemulian orang yang berilmu!
Menuntut ilmu itu satu tuntutan yang begitu besar:
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju syurga.”
(HR.Muslim)
  
Huraian Hadith : 

  1. Orang yang menuntut ilmu akan mendapat kemudahan dan pertolongan daripada Allah SWT, dan mendapat ganjaran Syurga di akhirat kelak.
  2. Orang yang berilmu pengetahuan mempunyai kelebihan tertentu kerana ia dapat memberi petunjuk kepada kebaikan dan dapat membezakan yang hak dengan yang batil.
  3. Orang yang menuntut ilmu akan dapat memberi faedah kebaikan pada dirinya, masyarakat dan negara.
“Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan maka Allah akan fahamkan dia dalam (masalah) dien (agama).”
(HR.Bukhari)
Dalam hadis lainnya dijelaskan bahwa ilmu yang wajib dituntut adalah ilmu yang bermanfaat. Yang bukan hanya benar, tapi juga dapat mendekatkan diri kita kepada Allah SWT dan dapat memberi kebahagiaan bagi kita, keluarga, dan masyarakat baik di dunia mau pun di akhirat.
Allah berfirman,
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, nescaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat (ilmu dan hikmah) Allah. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.”
(QS Lukman [31] : 27)
Oleh kerana itu, Rasulullah SAW pernah memohon dalam doanya,
“Allaahumma inni a’uudzubika min ‘ilmin laa yanfa’u”. ‘Ya, Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.’

Adab-Adab Menuntut Ilmu

1. IKHLAS NIAT
Kewajipan ke atas setiap muslim di dalam memastikan niat ketika menuntut ilmu ikhlas kerana Allah dan bukannya untuk mencari habuan dunia yang sementara kerana Rasulullah S.A.W pernah memberi amaran yang mana Allah akan menyediakan tempat di dalam neraka bagi mereka yang menuntut ilmu untuk kesenangan dunia semata-mata tanpa memikirkan maslahat Islam dan ummatnya. Memang agak susah untuk ikhlas di dalam belajar tetapi kita mesti terus berusaha ke arahnya. Kita yang berada dalam sistem sekular yang mementingkan material menyebabkan kita terlupa bahawa ilmu yang dipelajari bukan untuk mendapatkan tempat dan kedudukan serta kerja tetapi adalah untuk menjauhkan kita daripada kejahilan yang mana dengan ini mampu menjadi perisai diri di dalam melawan arus kesesatan dan seterusnya membawa perubahan kepada keislaman. Jadikanlah diri kita sebagaimana padi yang mana semakin semakin berisi semakin tunduk ke bumi kerana rendah diri. Jangan jadi sebagaimana lalang yang tinggi semakin mendongak ke langit kerana sombong. Ingatlah bahawa orang yang benar ikhlas dalam menuntut ilmu sahaja yang mampu memiliki sifat terpuji termasuk merendah diri. Maksud firman Allah dalam ayat 235 surah al-Baqarah :.........Dan ketahuilah bahawa Allah mengetahui apa yang tersemat dalam hatimu maka takutlah kepadaNya dan ketahuilah bahawa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ingatlah bahawa setiap orang akan binasa melainkan orang yang berilmu, setiap orang yang berilmu akan binasa melainkan orang yang beramal dan setiap orang yang beramal akan binasa melainkan orang yang benar-benar ikhlas.

2. TEKUN BERUSAHA DAN TAWAKKAL
Sentiasa bersungguh-sungguh dalam pembelajaran tanpa menurut keadaan dan masa dengan menghindari perasaan malas dan mudah jemu dengan buku pengajian. Ini dapat diatasi dengan membaca nota atau buku-buku yang kecil dan ringan atau mendengar kaset ceramah agama yang berbahasa Melayu dan sebaiknya berbahasa Arab.Perkara ini mampu melembut hati kita kerana sesiapa yang menjauhi nasihat ataupun tazkirah diri ditakuti Allah akan mengeraskan hatinya sebagaimana firman Allah dalam ayat 5 surah as-Sof yang bermaksud : Dan ingatlah ketika mana nabi Musa berkata kepada kaumnya :"Wahai kaumku! Mengapa kamu menyakitiku sedangkan kamu mengetahui bahawa aku ini adalah utusan Allah kepadamu?". Maka tatkala mereka buat endah tak endah sahaja lalu Allah memalingkan hati mereka dan Allah tidak memberi petunjuk kerpada kaum yang fasik. Ayat ini walaupun menceritakan umat nabi Musa tetapi peringatannya terus kekal hingga sekarang untuk kita sama-sama ambil iktibar dan pengajaran daripadanya. Kita juga hendaklah mewujudkan suasana sekeliling terutama di rumah dengan budaya ilmu bukannya budaya yang dipenuhi dengan cara mewah dan kesenangan serta hiburan yang boleh menghilangkan perasaan semangat untuk menambah ilmu dan pengetahuan.Kita hendaklah mencontohi ulama'-ulama' silam yang mana mereka belajar dalam keadaan susah tetapi tekun yang mana mereka sentiasa berada dalam suasana belajar bukannya mewah dan penuh kesenangan yang menyebabkan hilangnya perasaan bersungguh untuk belajar.Disamping itu kita mestilah bertawakkal kepada Allah agar kejayaan diimpikan akan menjadi milik kita.Tawakkal yang dilakukan mestilah mencukupi syaratnya iaitu berusaha, tekun, yakin, tidak mudah putus asa dan menyerah natijah ataupun keputusan kepada Allah sepenuh hati.

3. MENJAUHI MAKSIAT
Kita mestilah menghidupkan budaya amar ma’ruf dan nahi munkar dalam diri dan suasana sekeliling mengikut kemampuan yang ada. Sesungguhnya ilmu itu adalah nur yang suci yang mana ia tidak dapat kita perolehi jika diri kita sentiasa disaluti dengan najis-najis dosa. Cubalah sedaya yang mungkin di dalam menghindari kehendak nafsu kita dengan menutup segala jalan menuju ke arahnya.Jangan sekali-kali kita membuka jalan kepada maksiat untuk bertapak di hati kita. Jangan terlalu mengambil mudah dan endah tak endah sahaja terhadap perkara maksiat ini yang mana ia boleh menjerumuskan kita kepada maksiat yang lebih besar lagi. Di zaman sekarang ramai orang memandang maksiat yang kecil seperti maksiat mata, mulut, telinga, tangan(internet ataupun tulisan) serta pergaulan antara lelaki dan perempuan yang halal berkahwin hanya suatu perkara yang biasa dan dirasakan ia bukannnya maksiat dan mereka hanya menganggap hanya dosa besar seperti berzina, mencuri, memukul orang dan lain-lain lagi sahaja sebagai maksiat. Dosa yang kecil jika dibuat berterusan akan menjadi dosa besar.

4. MEMILIH TEMAN YANG SOLEH
Pilihlah teman yang mampu membawa kita ke arah kebaikan dan cubalah hidupkan budaya nasihat menasihati antara satu sama lain di dalam rumah kita sendiri samada berbentuk rasmi seperti diskusi kitab atau melalui perbincangan yang tidak rasmi setiap hari.Loqman Al-Hakim pernah berpesan kepada anaknya supaya sentiasa bersama orang alim dan soleh serta menghadiri majlis ilmu kerana apabila Allah menurunkan keberkatan kita turut sama memperolehinya. Disamping itu apabila kita sentiasa bersama orang soleh akan menasihati kita ke arah kebaikan serta menegur kita apabila berlakunya kesilapan dan kesalahan. Ini kan mematangkan lagi diri kita disamping menambahkan lagi semangat kita dalam belajar. Ini bukan bermakna kita diminta menjauhi mereka yang tidak soleh sebaliknya kita diminta berdakwah kepada mereka setakat kemampuan yang ada dan jangan pula kita yang terpengaruh dengan cara hidup mereka. Ingatlah firman Allah dalam surah Al-Zukhruf ayat 67 yang bermaksud :Teman-teman yang rapat pada hari itu sebahagiannya menjadi musuh kepada sebahagian yang lain kecuali mereka yang bertaqwa. Rasulullah S.A.W pernah berpesan kepada kita melalui hadis yang diriwayatkan oleh imam Tarmizi dan Abu Daud : Seseorang itu mengikut agama sahabat temannya. Maka hendaklah seseorang itu memerhati siapakah yang dijadikan teman.

5. BANYAKKAN ZIKRULLAH
Pastikan kita sentiasa solat lima waktu secara berjemaah dan mengamalkan wirid serta doa selepas solat walaupun ringkas kerana ulama’ sufi begitu menitik beratkan perkara wirid ini kerana ia boleh menghidupkan hati yang mati dan ia juga boleh mendatangkan perasaan ingin memusabahkan diri dengan amalan seharian. Tanpa wirid yang ma’thur selepas solat boleh menyebabkan perasaan zikrullah agak berkurangan dan ia boleh mendatangkan perasaan memudahkan segala kewajipan yang telah diperintahkan oleh Rabbul ‘Izzati. Jangan ajar diri kita melengah-lengahkan solat lima waktu kerana ia akhirnya mampu membawa diri kita ke arah mengabaikan solat. Bacalah Al-Quran sekurang-kurangnya sehelai setiap hari kerana ia merupakan ibu segala ubat. Hidupkan amalan-amalan sunat dalam setiap gerak kerja kita seharian kerana hidup yang sentiasa dihiasi dengannya akan sentiasa diberkati dan diredhai oleh Allah dan makhluk-Nya.

6. MENJAGA KEHORMATAN
Kita wajib menjaga kehormatan diri sendiri dan juga orang lain. Tutup segala ke'aiban diri dan orang lain kerana ia membawa kepada keredhaan Allah dan manusia lain kepada diri kita.Hanya orang yang mana kehidupannya dicucuri dengan keredhaan dan rahmat Allah sahaja yang mampu merasakan kebahagian di dalam kehidupan seharian. Manakala mereka yang jauh daripada rahmat Allah, hidup mereka dipenuhi dengan perkara yang kurang baik dan derita. Jangan sekali-kali menyakiti hati orang lain kerana doa orang yang dizalimi adalah lebih bahaya daripada panah malam.Firman Allah dalam ayat 12 surah Al-Hujurat yang bermaksud : Wahai orang-orang yang beriman! jauhilah kebanyakan perasaan prasangka, sesungguhnya sebahagian daripada prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari kesalahan orang lain dan janganlah pula sebahagian kamu mengumpat sebahagian yang lain. Adakah salah seorang daripada kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati?. Maka sudah tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

7. DOA DAN KEREDHAAN IBUBAPA
Kita hendaklah sentiasa menjaga perasaan kedua ibubapa kita dan menghormati mereka dalam perkara yang tidak menyalahi syariat Islam. Sentiasa berhubung dengan mereka dan mengambil berat tentang keadaan keduanya serta mendoakan kebahagian mereka di dunia dan akhirat. Kita juga hendaklah sentiasa meminta agar mereka meredhai kita dan mendoakan kejayaan kita. Ingatlah bahawa keredhaan Allah bergantung kepada keredhaan ibubapa terhadap kita. Firman Allah dalam ayat 23 hingga 24 surah al-Isra' yang bermaksud : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibubapamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang daripada keduanya ataupun kedua-duanya telah lanjut usia mereka dalam jagaan kamu, maka jangan sekali-kali kamu mengherdik kepada keduanya dengan perkataan "uf" dan janganlah kamu menghertak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucaplah : " Wahai Tuhanku! kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidikku semasa kecil".

8. MENGHORMATI GURU
Kita juga wajib menghormati guru dan mematuhi segala arahannya selagi mana tidak menyalahi kehendak Islam. Kita mesti patuh kepadanya walaupun fikrah atau pendapat kita berbeza. Kita pernah mendengar bagaimana imam As-Syafi'e walaupun berijtihad bahawa qunut di dalam solat Subuh sunat ab'adh(kena sujud sahwi jika tidak melakukannya) tetapi dia tidak melakukannya apabila mendirikan solat itu berhampiran maqam gurunya imam Malik kerana menghormati gurunya. Bagaimana dengan kita? Sesungguhnya ulama' silam begitu menitik beratkan masalah keberkatan ilmu, sedangkan kita hari ini tidak lagi mengendahkan perkara ini. Ini menyebabkan timbulnya pelbagai masalah terutama keruntuhan akhlak di kalangan remaja.Guru janganlah dianggap sebagai guru di sekolah, universiti atau di tempat pengajian sahaja tetapi kita mestilah menganggap bahawa dia pengajar dan secara langsung sebagai pendidik yang mesti dihormati walaupun di mana berada.Cubalah kita fikir dan renungi bersama tentang dua keadaan berbeza antara pelajar dulu dan sekarang mengenai pandangan dan penghormatan mereka terhadap guru. Tanpa ada keserasian dan kasih sayang yang wujud antara guru dan pelajar tidak memungkinkan berlakunya ketenteraman dalam kehidupan seharian.Oleh itu marilah kita sama-sama membina kembali keutuhan dan mahabbah antara guru dan pelajar agar ia mampu menyinarkan kembali suasana harmoni serta menghindari perkara negatif dalam kehidupan.

9. BERAMAL DENGAN SEGALA ILMU YANG DIPEROLEHI
Kita mengamalkan segala ilmu yang dipelajari setakat mana yang termampu oleh kita. Ulama' silam sentiasa mengingatkan kita bahawa orang yang berilmu dan tidak beramal dengan ilmunya akan dihumban ke dalam api neraka lebih dahulu daripada penyembah berhala. Jadikanlah ilmu yang dipelajari sebagai benteng daripada terjerumus ke kancah maksiat dan jadikanlah juga ia sebagai senjata di dalam mematahkan serangan musuh Islam serta jadikankanlah ia sebagai ubat yang mujarab di dalam menyembuhkan penyakit jahil dan batil di dalam masyarakat. Jangan jadikan ia sebagai barangan jualan untuk mengejar kekayaan dunia yang sementara. Berapa ramaikah yang telah dihinakan oleh Allah kerana melacurkan ilmu semata-mata untuk mengaut kemewahan dunia.Inilah merupakan antara sebab atau punca yang menyebabkan umat Islam terus mundur.Berapa ramaikah mereka yang belajar tentang al-Quran dan Hadis tetapi mereka dilaknat oleh keduanya kerana tidak merealisasikan segala apa yang dipelajari.Oleh itu kita mestilah beringat dan berhati-hati mengenai perkara ini demi kebahagian kita di dunia yang sementara dan akhirat yang kekal selamanya. Begitu mudah untuk memberi nasihat dan tazkirah tetapi begitu sukar untuk mengota dan merealisasikannya dalam kehidupan. Tanpa usaha yang bersungguh- sungguh, kita tidak mampu melaksanakannya.Samalah kita sama-sama menghayati firman Allah dalam ayat 2 hingga 3 surah as-Sof yang bermaksud :Wahai orang-orang yang beriman! mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kotakan? Amat besar kebencian Allah di sisi Allah bahawa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kotakan.

Friday, June 28, 2019

10 Doa Mustajab Selepas Tahiyat Akhir Sebelum Salam

Di antara waktu doa paling mustajab dalam solat selain daripada semasa kita bersujud adalah ketika duduk Tawaruk (duduk dengan kaki kiri dihamparkan ke sisi kanan dan punggung di atas lantai) iaitu selepas bacaan Tasyahhud Akhir (Tahiyyat Akhir) dan sebelum memberi salam. Inilah waktu yang tidak pernah ditinggalkan dan sering Nabi Muhammad ﷺ amalkan untuk permohonan doa.
Berdoa ketika ini adalah masyruk dan sunnah dengan disepakati oleh majoriti ulama. Malahan ada kalangan salaf dan khalaf menganggapnya wajib. Sebagaimana Tawus bin Kaisan mengarahkan sesiapa yang tidak membaca doa sebelum salam supaya mengulangi solatnya.
Dari Ibn Masud Nabi SAW bersabda maksudnya :
“Kemudian (selepas tasyahhud akhir) hendaklah memilih daripada doa-doa yang paling dikaguminya”.
(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)


1) Doa Mohon Perlindungan Daripada Azab Neraka, Azab Kubur, Fitnah Kehidupan Dan Kematian Dan Fitnah Dajjal.

 اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Maksudnya,
“Ya Allah! Aku berlindung denganMu daripada azab neraka jahanam, daripada azab kubur, daripada fitnah kehidupan dan kematian, dan daripada kejahatan fitnah dajjal.” (Hadis Riwayat Muslim)
2) Doa Ini Sangat Baik Diamalkan Jika Kita Ada Masaalah Hutang.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
Maksudnya,
“Ya Allah! Aku berlindung denganMu daripada azab kubur, aku berlindung denganMu daripada fitnah Dajjal, aku berlindung denganMu daripada fitnah kehidupan dan kematian. Ya Allah! Aku berlindung denganMu daripada dosa dan hutang.”
(Hadis Riwayat Bukhari)
3) Doa Yang Ini Amat Baik Untuk Melupuskan Sifat Mazmumah Yang Ada Pada Diri Kita.

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْقَبْرِ.

Maksudnya, 
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari bakhil, aku berlindung kepadaMu dari penakut, aku berlindung kepadaMu dari dikembalikan ke usia yang terhina, dan aku berlindung kepadaMu dari fitnah dunia dan sik sa kubur."
(Hadis Riwayat Bukhari)
4) Doa Mohon Diampunkan Dosa Yang Terdahulu.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي, أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ, لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْت
Maksudnya: “Ya Allah, ampunilah bagiku dosa-dosa yang terdahulu, yang terkemudian, yang aku rahsiakan, yang aku nyatakan, yang aku melampau, dan yang Engkau lebih mengetahui daripadaku tentangnya. Engkaulah yang mendahulukan dan mengemudiankan sesuatu, tiada illah sebenar melainkan Engkau.” (Hadis Riwayat Muslim no. 1762).
5) Doa Mohon Ampun Kerana Menzalimi Diri Sendiri.
اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْماً كَثِيراً وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ. فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي، إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Maksudnya:
“Ya Allah, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku dengan kezaliman yang banyak. Tiada sesiapa yang dapat mengampunkan dosa-dosa melainkan Engkau, maka ampunilah bagiku dengan keampunan dariapda-Mu dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau maha pengampun lagi maha penyayang.”
(Hadis Riwayat Bukhari no. 6181 dan Muslim no. 6819).

6) Doa Yang Amat Baik Untuk Memohon Allah Jadikan Kita Hambanya Yang Bersyukur Dan Sentiasa Mengingatinya.

اَللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.
Maksudnya,
“Ya Allah! Berilah pertolongan kepadaku untuk mengingati-Mu, bersyukur kepadaMu dan ibadah yang baik untukMu” (Hadis Riwayat Abu Daud dan Nasaie)


7) Doa Ini Untuk Memohon Allah Mudahkan Urusan Hisab / Perbicaraan Kita Di Mahkamah Allah Di Akhirat Nanti.
اللهم حَاسِبْنِي حِسَابًا يَسِيرَا
Maksudnya,
“Ya Allah! Hitunglah aku dengan perhitungan yang mudah.”
(Hadis Riwayat Ahmad)
8) Doa Ini Adalah Doa Taubat. Sesuai Sangat Dibaca Selepas Membaca Tahiyyat Akhir Dalam Solat Taubat.
اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ ، وَارْحَمْنِي إِنَّك أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Maksudnya,
“Ya Allah! Sesungguhnya aku telah banyak menzalimi diriku sendiri. Tiada yang dapat mengampunkan dosa-dosa kecuali Engkau, maka ampunilah diriku dengan keampunan yang Engkau miliki. Rahmatilah aku. Sesungguhnya Maha Pengampun dan Penyayang" (Hadis Riwayat Bukhari)
9) Doa Mohon Ampun Dosa
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ يَا اللَّهُ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ ، أَنْ تَغْفِرَ لِي ذُنُوبِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Maksudnya,
“Ya Allah! Aku memohon kepada Mu. Ya Allah Yang Maha Esa Yang… Yang Tidak Melahirkan dan Tidak Dilahirkan, dan tidak ada yang setara dengannya, Engkau ampunilah dosa-dosaku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Penyayang."(Hadis Riwayat Abu Daud)
10) Doa Memohon Dimasukkan Ke Syurga Dan Diselamatkan Dari Neraka
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ
Maksudnya,
“Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepada-Mu, agar dimasukkan ke Syurga dan aku berlindung kepada-Mu dari Neraka.”
(Hadis Riwayat Abu Daud)

Tuesday, June 18, 2019

Tips Murah Rezeki Suami Isteri

Suami isteri nak murah rezeki, ini kena buat selalu.
1. Makan sama-sama.
Ini yang kita kena buat selalu. Lagi-lagi pasangan yang suami isteri bekerja. Masa yang ada cuma masa balik daripada kerja dan dua-dua dah penat.
Balik dengan emosi. Balik dengan masalah tempat kerja dan kerja yang tidak selesai. Apa pun berlaku, cari masa untuk makan bersama. Walau pun cuma makan biskut kering bersama.
Kalau tak larat nak masak lepas balik kerja, ajaklah pasangan keluar makan di luar. Itu pun dah ada waktu makan bersama.
2. Layani anak-anak dengan penuh kemesraan.
Bila dah ramai anak, biasalah ragam mereka juga berbagai-bagai. Seorang macam ini, seorang macam itu. Yang pertama ajak main, yang kedua ajak makan, yang paling kecil ajak tidur. Serentak semuanya. Kahkah.
Ini normal. Santuni anak-anak elok-elok. Banyakkan bercakap dengan mereka. Bagi logik supaya mereka belajar untuk berfikir.
“Adik tu dah lama jaga, lama juga dia main tadi. Adik dah penat tu bagi ayah tidurkan adik dulu ya. Abang Ngah baru bangun tidur ada tenaga banyak lagi. Pergi tolong mak sekejap. Adik tidur nanti ayah tolong abang Ngah buat kerja tu.”
Kena sangat-sangat sabar. Mereka tak tahu apa lagi.
3. Beri panggilan yang baik untuk suami dan isteri.
Dalam situasi apa sekali pun, tenang atau pun konflik. Kemesraan panggilan kena kekalkan.
Dan bila isteri panggil, suami jawablah elok-elok. Pandang muka isteri dan senyum. Hah, begitu.
4. Beri isteri duit belanja sekali pun isteri ada pekerjaan dan ada gaji sendiri.
Benar zaman ini zaman suami isteri bekerja. Suami ada pendapatan, isteri juga sama. Banyak juga berlaku gaji isteri lebih besar.
Tak kesah hal itu, ambil berkat beri isteri sedikit duit belanja. Sekali pun cuma RM10.
Yang isteri bila dapat duit daripada suami ucapkan terima kasih. Ambil cara elok dan senyum juga. Iya sama, sekali pun cuma RM10. Huhu.
5. Selalu tenangkan hati pasangan ketika resah.
Seorang suami pasti faham dan tahu emosi isteri yang sedang resah. Begitu juga bagi seorang isteri.
Rupa kerut dahi yang mencantumkan kening suami itu pasti dia tahu sebab apa. Punyalah hebat isteri ini. Maka, tenangkan. Ajak bersembang dan mungkin berjalan.
Kalian, semua ini adalah perkara yang merapatkan lagi kasih sayang antara suami isteri. Dan memang itulah rahsianya. Kalau kalian nak rumah tangga kalian murah rezeki, kena tingkatkan kasih sayang antara tonggak utama rumah tangga itu.
Suami dan isteri kena sangat menzahirkan kasih sayang. Maka dengan itu rezeki akan datang sebanyak-banyaknya.
Namun ingat juga ya, rezeki bukan soal duit semata-mata. Anak yang baik, mertua yang memahami, jiran yang selalu membantu, kereta yang tak pernah rosak, dapat solat jemaah sama-sama, makan yang tak pernah putus dan paling tidak masih dapat melihat suami dan isteri itu hidup bersama juga adalah rezeki.

Monday, June 17, 2019

Amalan Mengadakan Rumah Terbuka Raya

Jamuan makan adalah amalan yang mulia. Perkara ini sabit dengan nas al-Quran iaitu Allah memuji golongan yang memberi makan.

Rumah terbuka atau majlis jamuan pula dapat mewujudkan amalan menziarahi seterusnya mengeratkan hubungan silaturahim. Maka dua konsep ini adalah asas kepada majlis sambutan hari raya.

Oleh itu, majlis sebegini tidak perlu kepada amalan daripada Nabi. Ini kerana, ia adalah majlis umum tanpa melibatkan ibadat khusus. Justeru, apa sahaja majlis yang baik adalah harus walaupun tidak dilakukan oleh Rasulullah. Contohnya majlis kenduri naik rumah, majlis ini bertujuan memperkenalkan tuan rumah yang baru berpindah ke satu kawasan.
Maka, masyarakat setempat dijemput ke rumah tuan rumah. Ia sebagai tanda perkenalan dan silaturahim. Maka majlis sebegini adalah baik dan mulia.

Amalan rumah terbuka telah menjadi satu tradisi dan Syawal dirasakan tidak lengkap tanpa penganjuran rumah terbuka untuk meraikan keluarga, jiran serta sahabat handai. Berbekalkan matlamat mengeratkan silaturahim, rumah terbuka dilihat landasan terbaik menjalinkan hubungan persaudaraan.

Perkataan silaturahim, iaitu 'silah' atau 'wasal' bererti menyambungkan dan menghimpun manakala 'rahim' bererti kasih sayang dengan saudara serta kerabat yang masih ada hubungan darah (senasab). Ia membawa maksud sesuatu yang asalnya tidak bersambung kepada bersambung.

Rasulullah SAW bersabda:
"Yang disebut bersilaturahim itu bukanlah seseorang yang membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturahim itu ialah menyambungkan apa yang telah putus." (Riwayat Bukhari)

Ukhuwah pula berasal daripada perkataan 'akhun' yang membawa erti saudara, teman atau sahabat. Dari segi istilah, menurut al-Quran ialah perasaan kasih sayang, tolong- menolong, bantu membantu, bertolak ansur, bermesra dan cinta mencintai sesama umat Islam tanpa terkecuali.

Allah SWT berfirman yang bermaksud:
"Sesungguhnya orang Mukmin adalah bersaudara, maka damaikanlah di antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat."
(Surah al-Hujurat, ayat 10)

Kelebihan tradisi amalan rumah terbuka dapat merapatkan jurang pemisah dan mengekalkan tali persaudaraan sesama kita. Dalam keseronokan kita mengikut aliran semasa itu, ada perkara yang kita terlepas pandang. Antaranya, dari segi jemputan kerana dengan kemudahan gajet yang canggih, sekali tekan sahaja kita boleh menyampaikan undangan kepada setiap jemputan. Malah, ada aplikasi yang membolehkan kita mengasingkan senarai keluarga, sahabat, kenalan serta saudara mara.
Namun, dalam kita ghairah menghantar mesej jemputan, jangan lupa bertanya adakah jiran berdekatan rumah sudah dijemput semuanya, terutama 40 rumah di sekeliling rumah kita dan bagi yang duduk di pangsapuri, tetangga di aras atas serta di bawah jangan dilupakan.

Utamakan menjemput jiran tetangga

Kehidupan yang sibuk dengan urusan kerja dan keluarga ada kala menyebabkan kita tidak berpeluang beramah mesra dengan jiran tetangga, tetapi jangan berat mulut menjemput mereka termasuk jiran bukan Islam. Tuntutan menjalinkan hubungan baik sesama jiran dijelaskan dalam firman Allah SWT yang bermaksud:
"Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua-dua ibu bapa, kerabat, anak yatim, orang miskin, jiran tetangga yang dekat, jiran tetangga yang jauh, orang musafir yang terlantar dan juga hamba yang kamu miliki."
(Surah an-Nisa', ayat 36)

Antara keseronokan menghadiri rumah terbuka adalah memakai pakaian cantik, indah dan bersih. Ringkasan kitab Al-Umm karya Imam Syafi'i, ada dinyatakan disunatkan umat Islam memilih pakaian yang terbaik serta indah mengikut kemampuan masing-masing,
"Aku lebih menyukai seseorang memakai pakaian terbaik yang dimilikinya pada hari raya, iaitu hari Jumaat, dua hari Aidiladha dan Aidilfitri dan tempat diadakan majlis (majlis perkahwinan). Dia hendaklah memakai pakaian yang bersih dan memakai wangi-wangian."

Malangnya, ada segelintir daripada tetamu khususnya wanita memakai pakaian tidak mengikut landasan yang telah digariskan syarak. Rumah terbuka dijadikan tempat memperagakan pakaian, pemilihan warna agak terserlah, fesyen melampau sehingga menampakkan susuk tubuh ditambah pula aksesori berlebihan dengan tujuan mendapat tarikan dan pujian daripada yang lain.

Ada yang tidak memilih, semuanya dijemput, tetapi tempat pula diasingkan. Untuk tetamu khas diasingkan dengan tetamu biasa. Keadaan sedemikian boleh membuatkan tetamu biasa rasa tersinggung. Oleh itu, tuan rumah perlu memastikan semua jemputan mendapat layanan yang sama.

Begitu juga dengan usaha mengundang dan menghidang makanan untuk golongan fakir dan miskin. Sabda Rasulullah SAW:
"Seburuk-buruk makanan adalah makanan (di majlis) kenduri yang hanya dijemput golongan kaya dan mengetepikan golongan fakir."
(Riwayat Bukhari dan Muslim)


Tak leka dan lalai dengan keseronokan

Dalam keseronokan menghadiri rumah terbuka, perasaan teruja bertemu kerabat, saudara mara dan sahabat handai yang lama terpisah boleh menjadikan seseorang itu leka tanggungjawab terhadap anak sehinggakan anak tidak dipantau yang boleh mengundang perkara tidak diingini berlaku. Begitu juga masalah kawasan meletakkan kenderaan terutama di kawasan yang jalannya kecil atau sempit. Meletakkan kenderaan di tempat tidak sepatutnya seperti di hadapan rumah jiran yang boleh mengganggu mereka keluar masuk, boleh menimbulkan kemarahan. Apatah lagi jika jiran itu tidak dijemput ke majlis berkenaan.

Menganjurkan rumah terbuka dengan niat mengeratkan silaturahim adalah amalan yang baik dengan syarat semua perkara diberi perhatian sepenuhnya khususnya yang berkaitan tuntutan syarak. Berusahalah memberi layanan terbaik kepada semua yang sudi meluangkan masa hadir ke majlis kita.
Firman Allah SWT yang bermaksud:
"Katakanlah: Hai hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh 'hasanah' (kebaikan). Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (Surah az-Zumar, ayat 10)

Elakkan Pembaziran dan Perasaan Riak

Dalam penganjuran rumah terbuka ini biasanya tuan rumah akan menerima kunjungan kaum keluarga, sanak saudara dan rakan-taulan di kediaman masing-masing bagi sama-sama meraikan Hari Raya Aidilfitri manakala ada segelintir umat Islam yang berkemampuan memilih mengadakannya di hotel-hotel mewah dan dewan-dewan besar. Tidak kurang juga ada yang sanggup berbelanja mewah dan berhabis-habisan semata-mata untuk mengadakan rumah terbuka dengan alasan bulan Syawal hanya sekali dalam setahun.

Meskipun Syawal hanya setahun sekali namun sebagai tuan rumah perlulah bijak dalam menguruskan majlis agar tidak berlaku pembaziran. Berlebih-lebihan dalam sambutan atau menunjuk-nunjuk dalam penganjuran keraian sehingga akhirnya menjadi beban kepada diri sendiri dan keluarga adalah dilarang sama sekali oleh Islam.

Hakikatnya, Islam menganjurkan umatnya supaya bersederhana dalam segala hal terutamanya dalam mengadakan rumah terbuka. Amalan ini adalah selari dengan apa yang ditekankan oleh Islam menyuruh umatnya beristiqamah setelah berakhirnya Ramadan.
Firman Allah SWT yang bermaksud:
“Maka tetaplah (istiqamah) engkau wahai Muhammad di jalan yang benar seperti yang diperintahkan bersama orang yang bertaubat dan janganlah kamu melampaui batas.”
( Hud, 11: 112). 

Justeru meraikan rumah terbuka pada hari lebaran ini tidak semestinya secara besar-besaran namun apa yang penting niat kita untuk memuliakan bulan tersebut dengan penuh ke­syukuran.

Jauhkan dari perkara-perkara yang dilarang agama

Selain itu, dalam mengadakan majlis rumah terbuka umat Islam wajib menjauhkan diri daripada perkara-perkara yang secara jelas dilarang oleh Allah SWT. Ada dalam kalangan umat Islam yang merosakkan ketaatannya selama sebulan sepanjang Ramadan hanya pada hari pertama Syawal. Mengadakan rumah terbuka dengan melayan tetamu sehingga meninggalkan solat, tidak menutup aurat, pergaulan bebas tanpa batas antara lelaki dan perem­puan yang bukan mahram, makan yang terlampau sehingga membahayakan kesihatan dan sebagainya.

Walaupun amalan rumah terbuka bukanlah satu syariat yang diwajibkan oleh Islam sempena Hari Raya Aidilfitri, namun jika dilakukan menurut garis panduan syarak amalan tersebut boleh menjadi satu ibadah. Konsep rumah terbuka ini sebenarnya menyediakan ruang luas kepada umat Islam untuk terus melakukan amalan yang dituntut oleh Islam. Antaranya, memberi peluang kepada umat Islam untuk ziarah-menziarahi, mengeratkan silaturahim, bermaaf-maafan, bertukar-tukar fikiran dan dapat melayan serta menjamu tetamu yang hadir.

Di samping itu, amalan kunjung-mengunjungi ini juga membolehkan persaudaraan yang selama ini renggang menjadi rapat, yang bersengketa menjadi damai, yang jauh menjadi dekat dan sebagainya. Lantaran itu, akan terbentuk satu ikatan kasih sayang yang mengeratkan sesama insan. Sebagaimana Islam sangat menggalakkan agar sentiasa berusaha untuk memperbaiki dan mempertingkatkan hubungan silaturahim dan ukhuwah. Firman Allah SWT yang bermaksud:
“Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, kerana itu damaikanlah antara kedua-dua saudaramu; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beroleh rahmat.”
(al Hujarat: 47: 10).

Memilih masa yang sesuai

Dalam pada itu, Islam telah menggariskan beberapa adab ketika mengadakan rumah terbuka. Sebagai tetamu perlulah berniat baik atas kunjungannya, tidak memilih-milih tempat untuk berkunjung seperti rumah orang berharta, berpangkat dan berkedudukan tinggi dalam masyarakat manakala waktu berkunjung pula hendaklah memilih masa yang sesuai. Janganlah berkunjung pada waktu awal pagi, tengah hari dan larut malam kerana kebiasaan pada waktu tersebut pihak tuan rumah sedang berehat.

Jaga adab susila

Begitu juga dengan adab bersalam–salaman dan berjabat tangan mestilah dilakukan mengikut lunas-lunas Islam. Jangan pula kita mengikut budaya Barat bersalaman tanpa mengira lelaki ataupun wanita. Majlis rumah terbuka juga perlu dijauhkan daripada menjadi medan pergaulan bebas antara te­tamu yang bukan mahramnya. Pergaulan bebas serta percampuran secara melampau antara lelaki dan perempuan boleh mengundang majlis yang asalnya untuk mendapat rahmat Allah SWT, bertukar menjadi majlis yang mengundang kemurkaan Allah SWT.

Selain itu, sebagai tetamu, seboleh-bolehnya kita menjaga adab terutama ketika mengambil juadah yang disediakan. Cuba elakkan makan dengan tamak dan gelojoh di rumah terbuka. Makanlah sekadarnya dan ingatlah masih ada ramai tetamu yang akan datang untuk menjamu selera. Menjaga adab bertamu pen­ting agar tidak tercemar dan dapat menjaga imej kita sebagai tetamu serta disenangi oleh tuan rumah.

Sementara itu, bagi tuan rumah, beberapa adab yang perlu dipelihara antaranya, mestilah berniat ikhlas menerima kunjungan dan bukannya menunjuk-nunjuk serta memilih tetamu yang berpangkat untuk diajak bersembang. Tuan rumah perlulah menghormati dan memuliakan semua tetamu. Ingatlah bahawa memuliakan dan me­layan tetamu dengan baik, adalah amalan para Nabi dan Rasul terdahulu.

Manfaatkan rumah terbuka

Bermula pada hari raya pertama lagi, sudah ramai yang mengadakan rumah terbuka. Walaupun pada hari raya pintu rumah sentiasa terbuka, tetapi bezanya, rumah terbuka diiringi dengan jemputan. Maknanya, ada hidangan istimewa untuk tetamu yang datang.

Ada yang berebut-rebut hendak mengadakan rumah terbuka. Ada yang sudah jadi rutin, mesti adakan rumah terbuka setiap tahun. Yang tidak pernah buat rumah terbuka pun hendak buat rumah terbuka. Pendek kata, dalam kalangan keluarga ataupun rakan-rakan, ada yang sudah menempah tarikh dan masa awal-awal lagi untuk mengadakan rumah terbuka supaya tidak bertembung dengan yang lain.

Bagi negara kita yang mewah dengan makan minum, tidak ada halangan untuk mengadakan rumah terbuka. Yang hendak datang pun tidak ada masalah kerana masing-masing mempunyai kenderaan. Cuma yang menjadi masalahnya adalah jika seseorang itu berada di luar kawasan dan tidak sempat untuk menghadirinya.

Kita juga mensyukuri nikmati keamanan negara yang memudahkan kita bergerak ke mana-mana untuk memenuhi undangan dan tuntutan sesuatu majlis. Oleh itu, rumah terbuka yang diadakan selalunya mendapat sam­butan menggalakkan.

Bagi yang memahami konsep hari raya dan rumah terbuka, tetamu yang datang bukan hanya untuk mengisi perut semata-mata tetapi yang pentingnya adalah untuk bertemu, mengucapkan selamat hari raya dan bermaaf-maafan dengan sanak saudara dan rakan-rakan yang tidak sempat ditemui sebelumnya kerana rumah terbuka biasanya tempat semua berkumpul.

Rumah terbuka mendatangkan pelbagai kesan positif dalam kalangan anggota masyarakat dan ahli keluarga. Hubungan yang lebih akrab akan terjalin menerusi rumah terbuka. Maka tidak hairanlah, di kampung-kampung pun sudah diadakan rumah terbuka untuk merapatkan anggota masyarakatnya.

Di kawasan-kawasan bandar pula, ikatan kejiranan dan perpaduan kaum dapat dimantapkan lagi kerana proses kenal-mengenal akan lebih mudah berlaku dalam majlis-majlis seperti ini selain daripada aktiviti gotong-royong, hari keluarga dan sebagainya.

Pengisian rumah terbuka ini sangat penting untuk mencapai matlamatnya. Rumah terbuka bukan hanya untuk bersuka ria di samping merasai juadah yang disediakan tetapi dari aspek lain, majlis mestilah memfokuskan kepada tujuan sambutan hari raya itu sendiri iaitu untuk bermaaf-maafan sesama kita.

Rumah terbuka bukan untuk menunjuk siapa lebih hebat dalam menyediakan makan minum beraneka jenis sampai tidak habis hendak dimakan, dan bukan juga untuk meraikannya dengan makan minum yang tidak halal, riuh-rendah seperti parti dengan majlis tari-menari dan sebagainya.

Kesucian Aidilfitri mesti dipelihara meskipun tetamu yang dijemput berbilang bangsa. Kita sangat bimbang rumah terbuka dicemari dengan acara-acara yang tidak diingini terutamanya sambutan yang diadakan oleh anak-anak muda di kawasan bandar.

Rumah terbuka juga mestilah disambut secara sederhana. Pembaziran selalu berlaku kerana pertembungan rumah terbuka yang diadakan oleh individu tertentu.

Di kawasan-kawasan padat penduduk, biasanya setiap hujung minggu, rumah terbuka diadakan dan ada yang terpaksa memenuhi lebih daripada lima undangan setiap hari. Penyediaan makan minum mestilah diambil kira supaya tidak berlaku pembaziran. Bagi yang sudah biasa mengadakan rumah terbuka, mereka sudah mempunyai pengalaman untuk mengetahui kuantiti makanan yang perlu disediakan supaya tidak berlaku pembaziran.

Di samping itu, golongan yang kurang bernasib baik tidak boleh diketepikan untuk diundang sama meng­hadirinya. Adalah lebih bermanfaat jika di sebalik kita meraikan hari yang mulia ini dengan pelbagai jenis makan minum, kita menoleh kepada mereka yang kurang berpeluang merasai nikmat yang sama kita kecapi.