Kita sering mengeluh selalu dirundung malang. Sakit, musibah, masalah seolah tiada insan lain yang tinggal di dunia ini. Hanya kita sahaja yang ada untuk menerima semua itu. Salah, tanggapan itu salah sama sekali.
Setiap manusia yang Allah cipta sentiasa akan diberi musibah, ujian atau masalah hidup di dunia yang sementara ini. Tipu jika seseorang itu berkata yang dia tidak pernah ditimpa musibah.
Setiap orang ada masalahnya tersendiri, Allah uji dengan berbagai-bagai ujian tetapi sebabnya adalah sama.
Allah menguji seseorang itu kerana Allah SWT mempunyai rahsianya tersendiri, sama ada Allah hendak tambah iman kita atau hendak uji sejauh mana keimanan kita kerana sesuatu ujian itulah yang membuka mata hati kita, yang mendidik kita supaya jangan mudah putus asa dalam kehidupan yang bagaikan bahtera di lautan yang penuh dengan onak duri. Ujian juga dapat mematangkan kita.
Kadang-kadang kita tertanya-tanya, mengapa Allah SWT memberi ujian yang berat sebegitu sekali kepada kita. Sehingga kita terlupa pada siapa yang perlu kita mengadu segala masalah kita, pada siapa kita harus minta kembali kekuatan kita. Akhirnya kita mudah berputus asa dan tidak redha dalam menghadapi ujian yang Allah beri terhadap kita.
Jika kita anggap diri kita ditimpa musibah yang besar kita hendaklah ingat bukan kita sahaja yang mengalaminya. Mungkin ada sahabat-sahabat kita atau saudara seakidah kita yang lain menghadapi musibah yang sama bahkan lebih teruk atau lebih besar dari kita.
Bukankah Allah telah berkata dengan jelas di dalam Al-Quran yang Allah tidak akan sekali-kali menguji hamba-Nya diluar kemampuan hamba-Nya. Allah tahu kita kuat dalam menghadapi ujian-Nya jadi Allah berikan ujian itu ke atas diri kita.
Di sini kita dapat lihat betapa sayang dan kasihnya Allah kepada kita sebagai hamba-Nya.
Allah menguji seseorang bukan kerana Allah benci kepada kita tetapi percayalah yang Allah sangat kasih kepada kita. Cuma kita sebagai hamba-Nya tidak pernah cuba bersabar dalam menghadapi ujian-Nya.
Pasti Allah telah aturkan yang terbaik buat kita kerana setiap yang berlaku ada hikmahnya.
Berdoalah kepada Allah, Allah lah tempat kembali segala masalah yang sering membelenggu diri kita. Jangan malu untuk merayu-rayu, meminta-minta, memohon-mohon kepada Allah swt. Ingatlah bahawa Allah tidak pernah jemu mendengar rintihan hamba-Nya. Allah itu Maha Mendengar.
Dekatkanlah diri kita dengan pencipta kita yang menguasai seluruh alam, yang memegang hati-hati kita.
Namun berdoa sahaja tidak cukup. Di samping berdoa perlulah kita berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi. Mungkin kita rasa diri kita tidak kuat hendak hadapinya tetapi cubalah bangun. Fikirkan semula adakah kita telah lakukan yang betul dan terbaik untuk merungkai musibah yang dihadapi. Jangan sesekali berputus asa.
Setiap orang tentunya memiliki cara yang berbeda dalam menghadapi musibah. Namun, islam menganjurkan untuk kita menghadapinya dengan sabar, tawakal dan penuh keikhlasan.
Apapun musibah yang menimpa kita, islam mengajarkan bahwa kita harus menerima segala musibah tersebut sebagai bentuk dan manfaat beriman kepada Allah biarpun hal tersebut menyakitkan atau menyedihkan. Anggap bahwa hal tersebut merupakan sebahagian daripada takdir yang telah digariskan Sang Ilahi. Tentunya apapun itu kita harus melaluinya dan menerimanya dengan lapang dada.
2. Ikhlas Menerimanya
Hal yang paling penting ialah mampu bersikap ikhlas terhadap segala sesuatu yang menimpa. Menerima dengan ikhlas segala musibah yang menimpa. Sebab pasti akan ada hikmat dan nikmat yang akan Allah berikan kelak pada diri kita.
Sebagaimana Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda sabar merupakan salah satu kunci dalam menghadapi musibah. Dalam hadist berikut :
عجبا لأمر المؤمن ان أمره كله خير وليس ذلك لأحد الا المؤمن ان اصابته مراء شكر فكان خيرا له وان اصابته ضراء صبر فكان خيرا له
Artinya:
“Orang-orang beriman itu memang sangat menghairankan semua perkaranya serba baik, dan tak ada seorang pun yang seperti orang yang mukmin. Apabila dianugerahi kesenangan ia bersyukur, dan apabila tertimpa musibah, ia berlaku sabar. Hal inilah yang menjadikan dia selalu dalam keadaan baik.”
( HR. Muslim)
Hal yang paling utama saat tertimpa musibah ialah memanjatkan doa kepada Allah SWT juga sebagai cara agar hati tenang dalam islam . Sebab apapun yang terjadi dalam islam doa merupakan hal utama dan yang harus dilakukan dalam apa kondisi pun.
Dalam kondisi senang kita harus berdoa pada Allah atas kesenangan tesebut. Sebaliknya pada saat musibah menimpa maka doa boleh dianggap sebagai salah satu cara mengadu kepada Allah.
Adakalanya ketika musibah datang, kita menjadi khilaf. Bagai dirasuki syaitan, kita akan meminta pertolongan kepada hal selain Allah. Sesungguhnya hal yang demikian merupakan hal yang tidak patut. Sebaik-baiknya penolong ialah Allah swt. Kerana itu, saat musibah tertimpa tidak ada cara lain selain hanya meminta pertolongan kepada Allah.
“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allâh, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.” [An-Nahl/16:53]
Berserah diri menjadi kunci utama dalam menghadapi musibah. Dengan berpasrah dan berserah diri maka kita akan dapat lebih dekat kepada Allah. Sehingga dapat memaknai musibah dengan penuh kesyukuran.
Musibah yang menimpa juga menjadi seperti petanda dan amaran bagi kita untuk mengkoreksi diri. Kadang-kadang musibah yang datang biasanya disebabkan oleh perbuatan diri sendiri. Sebagaimana dalam FirmanNya berikut ini :
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy Syura: 30).
Kita juga kena faham bahwa setiap takdir manusia telah digariskan. Sehingga musibah yang menimpa manusiapun menjadi sebahagian dari takdir itu sendiri. Tiada cara lain kecuali menerima dan menjalaninya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.”
Tidak ada yang sia-sia di dunia Allah. Allah memberikan musibah namun pasti disertai dengan hikmah dibaliknya, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ (115) فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ (116)
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (sahaja), dan bahawa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.” (QS. Al Mu’minun: 115-116)
Satu hal yang boleh membantu kita dalam menfhadapi musibah juga ialah dengan menganggap musibah yang kita hadapi itu adalah musibah biasa dan tidak seberat mana berbanding dengan musibah yang dihadapi orang lain.
Dalam sebuah hadist disebutkan,
مَنْ عَظَمَتْ مُصِيْبَتُهُ فَلْيَذْكُرْ مُصِيْبَتِي، فَإِنَّهَا سَتَهَوَّنُ عَلَيْهِ مُصِيْبَتُهُ
“Siapa saja yang terasa berat ketika menghadapi musibah, maka ingatlah musibah yang menimpaku. Ia tentu akan merasa ringan menghadapi musibah tersebut.”
Yakinlah musibah yang menimpa kita juga adalah satu bentuk penghapus dosa. Insyaallah kita akan redha dan menjadi lebih tenang.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
“Apa pun bentuk musibah yang menimpa seorang muslim, niscaya akan Allah menjadikannya sebagai penghapus dosa dari dirinya, sekalipun sebatang duri yang menancap pada dirinya.”
Acap kali selepas melalui sesuatu musibah kita akan merasa lebih yakin diri dan jiwa menjadi lebih kuat
Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kukuh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualiti agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cubaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”
Yakinkanlah bahawa Allah tidak menjadikan musibah itu aesuatu yang sia-sia. Pastinya akan datang kemudahan, ketenangan, kesenangan dan segala bentuk kebaikan sesudahnya.
Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Kerana sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)
Bersyukur merupakan salah satu cara menerima nikmat Allah. Meskipun dalam kondisi ditimpa musibah kita tidak boleh melupakan untuk selalu bersyukur kerana musibah hanya sebahagian kecil dari jutaan nikmat yang telah Allah berikan pada umatnya. Sebagaimana dalam Firman Allah berikut :
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat. [Ibrâhîm/14:7]
Ummu Salamah -salah seorang isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
“Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.”
Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do’a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Wallahhuaqlam.
Setiap manusia yang Allah cipta sentiasa akan diberi musibah, ujian atau masalah hidup di dunia yang sementara ini. Tipu jika seseorang itu berkata yang dia tidak pernah ditimpa musibah.
Setiap orang ada masalahnya tersendiri, Allah uji dengan berbagai-bagai ujian tetapi sebabnya adalah sama.
Allah menguji seseorang itu kerana Allah SWT mempunyai rahsianya tersendiri, sama ada Allah hendak tambah iman kita atau hendak uji sejauh mana keimanan kita kerana sesuatu ujian itulah yang membuka mata hati kita, yang mendidik kita supaya jangan mudah putus asa dalam kehidupan yang bagaikan bahtera di lautan yang penuh dengan onak duri. Ujian juga dapat mematangkan kita.
Kadang-kadang kita tertanya-tanya, mengapa Allah SWT memberi ujian yang berat sebegitu sekali kepada kita. Sehingga kita terlupa pada siapa yang perlu kita mengadu segala masalah kita, pada siapa kita harus minta kembali kekuatan kita. Akhirnya kita mudah berputus asa dan tidak redha dalam menghadapi ujian yang Allah beri terhadap kita.
Jika kita anggap diri kita ditimpa musibah yang besar kita hendaklah ingat bukan kita sahaja yang mengalaminya. Mungkin ada sahabat-sahabat kita atau saudara seakidah kita yang lain menghadapi musibah yang sama bahkan lebih teruk atau lebih besar dari kita.
Bukankah Allah telah berkata dengan jelas di dalam Al-Quran yang Allah tidak akan sekali-kali menguji hamba-Nya diluar kemampuan hamba-Nya. Allah tahu kita kuat dalam menghadapi ujian-Nya jadi Allah berikan ujian itu ke atas diri kita.
Di sini kita dapat lihat betapa sayang dan kasihnya Allah kepada kita sebagai hamba-Nya.
Allah menguji seseorang bukan kerana Allah benci kepada kita tetapi percayalah yang Allah sangat kasih kepada kita. Cuma kita sebagai hamba-Nya tidak pernah cuba bersabar dalam menghadapi ujian-Nya.
Pasti Allah telah aturkan yang terbaik buat kita kerana setiap yang berlaku ada hikmahnya.
Berdoalah kepada Allah, Allah lah tempat kembali segala masalah yang sering membelenggu diri kita. Jangan malu untuk merayu-rayu, meminta-minta, memohon-mohon kepada Allah swt. Ingatlah bahawa Allah tidak pernah jemu mendengar rintihan hamba-Nya. Allah itu Maha Mendengar.
Dekatkanlah diri kita dengan pencipta kita yang menguasai seluruh alam, yang memegang hati-hati kita.
Namun berdoa sahaja tidak cukup. Di samping berdoa perlulah kita berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi. Mungkin kita rasa diri kita tidak kuat hendak hadapinya tetapi cubalah bangun. Fikirkan semula adakah kita telah lakukan yang betul dan terbaik untuk merungkai musibah yang dihadapi. Jangan sesekali berputus asa.
Setiap orang tentunya memiliki cara yang berbeda dalam menghadapi musibah. Namun, islam menganjurkan untuk kita menghadapinya dengan sabar, tawakal dan penuh keikhlasan.
Apapun musibah yang menimpa kita, islam mengajarkan bahwa kita harus menerima segala musibah tersebut sebagai bentuk dan manfaat beriman kepada Allah biarpun hal tersebut menyakitkan atau menyedihkan. Anggap bahwa hal tersebut merupakan sebahagian daripada takdir yang telah digariskan Sang Ilahi. Tentunya apapun itu kita harus melaluinya dan menerimanya dengan lapang dada.
2. Ikhlas Menerimanya
Hal yang paling penting ialah mampu bersikap ikhlas terhadap segala sesuatu yang menimpa. Menerima dengan ikhlas segala musibah yang menimpa. Sebab pasti akan ada hikmat dan nikmat yang akan Allah berikan kelak pada diri kita.
Sebagaimana Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda sabar merupakan salah satu kunci dalam menghadapi musibah. Dalam hadist berikut :
عجبا لأمر المؤمن ان أمره كله خير وليس ذلك لأحد الا المؤمن ان اصابته مراء شكر فكان خيرا له وان اصابته ضراء صبر فكان خيرا له
Artinya:
“Orang-orang beriman itu memang sangat menghairankan semua perkaranya serba baik, dan tak ada seorang pun yang seperti orang yang mukmin. Apabila dianugerahi kesenangan ia bersyukur, dan apabila tertimpa musibah, ia berlaku sabar. Hal inilah yang menjadikan dia selalu dalam keadaan baik.”
( HR. Muslim)
Hal yang paling utama saat tertimpa musibah ialah memanjatkan doa kepada Allah SWT juga sebagai cara agar hati tenang dalam islam . Sebab apapun yang terjadi dalam islam doa merupakan hal utama dan yang harus dilakukan dalam apa kondisi pun.
Dalam kondisi senang kita harus berdoa pada Allah atas kesenangan tesebut. Sebaliknya pada saat musibah menimpa maka doa boleh dianggap sebagai salah satu cara mengadu kepada Allah.
Adakalanya ketika musibah datang, kita menjadi khilaf. Bagai dirasuki syaitan, kita akan meminta pertolongan kepada hal selain Allah. Sesungguhnya hal yang demikian merupakan hal yang tidak patut. Sebaik-baiknya penolong ialah Allah swt. Kerana itu, saat musibah tertimpa tidak ada cara lain selain hanya meminta pertolongan kepada Allah.
“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allâh, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.” [An-Nahl/16:53]
Berserah diri menjadi kunci utama dalam menghadapi musibah. Dengan berpasrah dan berserah diri maka kita akan dapat lebih dekat kepada Allah. Sehingga dapat memaknai musibah dengan penuh kesyukuran.
Musibah yang menimpa juga menjadi seperti petanda dan amaran bagi kita untuk mengkoreksi diri. Kadang-kadang musibah yang datang biasanya disebabkan oleh perbuatan diri sendiri. Sebagaimana dalam FirmanNya berikut ini :
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy Syura: 30).
Kita juga kena faham bahwa setiap takdir manusia telah digariskan. Sehingga musibah yang menimpa manusiapun menjadi sebahagian dari takdir itu sendiri. Tiada cara lain kecuali menerima dan menjalaninya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.”
Tidak ada yang sia-sia di dunia Allah. Allah memberikan musibah namun pasti disertai dengan hikmah dibaliknya, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ (115) فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ (116)
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (sahaja), dan bahawa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.” (QS. Al Mu’minun: 115-116)
Satu hal yang boleh membantu kita dalam menfhadapi musibah juga ialah dengan menganggap musibah yang kita hadapi itu adalah musibah biasa dan tidak seberat mana berbanding dengan musibah yang dihadapi orang lain.
Dalam sebuah hadist disebutkan,
مَنْ عَظَمَتْ مُصِيْبَتُهُ فَلْيَذْكُرْ مُصِيْبَتِي، فَإِنَّهَا سَتَهَوَّنُ عَلَيْهِ مُصِيْبَتُهُ
“Siapa saja yang terasa berat ketika menghadapi musibah, maka ingatlah musibah yang menimpaku. Ia tentu akan merasa ringan menghadapi musibah tersebut.”
Yakinlah musibah yang menimpa kita juga adalah satu bentuk penghapus dosa. Insyaallah kita akan redha dan menjadi lebih tenang.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
“Apa pun bentuk musibah yang menimpa seorang muslim, niscaya akan Allah menjadikannya sebagai penghapus dosa dari dirinya, sekalipun sebatang duri yang menancap pada dirinya.”
Acap kali selepas melalui sesuatu musibah kita akan merasa lebih yakin diri dan jiwa menjadi lebih kuat
Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kukuh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualiti agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cubaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”
Yakinkanlah bahawa Allah tidak menjadikan musibah itu aesuatu yang sia-sia. Pastinya akan datang kemudahan, ketenangan, kesenangan dan segala bentuk kebaikan sesudahnya.
Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Kerana sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)
Bersyukur merupakan salah satu cara menerima nikmat Allah. Meskipun dalam kondisi ditimpa musibah kita tidak boleh melupakan untuk selalu bersyukur kerana musibah hanya sebahagian kecil dari jutaan nikmat yang telah Allah berikan pada umatnya. Sebagaimana dalam Firman Allah berikut :
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat. [Ibrâhîm/14:7]
Ummu Salamah -salah seorang isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
“Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.”
Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do’a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Wallahhuaqlam.
No comments:
Post a Comment